Menjalin Keakraban Dengan Bermain Sambitan
Pemuda desa Pesanggaran punya cara sendiri
untuk mengisi waktu istirahat mereka. Setiap sore, para pemuda tersebut
beramai-ramai berada di lapangan Patok Kerep milik Desa Pesanggaran. Di tempat
inilah mereka mengadakan adu Layang-layang atau yang disebut dengan permainan sambitan
(bahasa jawa).
Seolah tidak mengenal lelah, waktu istirahat
yang biasanya digunakan untuk bersantai malah mereka gunakan untuk kegiatan yang
banyak memakan tenaga. Permainan ini seolah sudah menjadi tradisi tahunan yang
diadakan setiap musim angin tiba, biasanya adalah bulan April hingga Juni.
Hoe hoe.., hoe... Hahaha.., suara sorak ramai terdengar,
seolah menampakkan kegembiraan mereka saat layang-layang yang mereka adu saling
berebut untuk menang.
Sedangkan dalam memainkan Sambitan layang-layang
ini dibutuhkan keterampil khusus agar layang-layang yang mereka adu bisa
menang. Seperti yang diungkapkan oleh Difka, pemuda yang sangat hobi bermain
layang-layang ini mengatakan, untuk memainkan Sambitan ini harus memperhatikan kualitas
layang-layang yang dibuat sekaligus mahir dalam memainkannya.
Layang-layang yang bagus itu, dia menjelaskan,
adalah yang terbuat dari bambu kuning (jawa : pring ori). Karena jenis bambu
ini selain lebih kuat namun juga lebih lentur daripada jenis bambu lain. “Kalau
layang-layangnya lentur itu terbangnya bisa lincah”, cetusnya.
Dia menuturkan, permainan Sambitan
layang-layang ini hanya mereka gunakan sebagai hiburan positif dan tidak memakai
taruhan. Malah dengan adanya permainan ini hubungan antar pemuda bisa menjadi
lebih akrab.
Sementara itu, permainan adu ketangkasan di langit ini ternyata mampu memancing perhatian warga sekitar. Terlihat, tidak hanya di sekitar lapangan, namun juga dari kejauhan terdapat beberapa warga yang turut menyaksikan keseruan ini. (Ubd)
Post a Comment